Selasa, 08 Oktober 2019

PENDEKATAN KUANTITATIF DALAM MANAJEMEN (1940-an - 1950-an)


Pendekatan kuantitatif lahir dan berkembang dari solusi-solusi matematika dan statistika yang diciptakan untuk memecahkan masalah-masalah militer dalam perang dunia II. Setelah berakhirnya perang, banyak diantara teknik-teknik yang sebelumnya diperuntukkan bagi kepentingan militer ini kemudian diterapkan kedalam bisnis. Sebagai contoh : sekelompok perwira militer AS yang dijuluki “the whiz kids” (anak-anak serba tahu) bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan era 1940-an dan mereka segera menerapkan metode-metode statistik dan model-model kuantitatif untuk membantu proses pengambilan keputusan tersebut.

Apa tepatnya pendekatan kuantitatif itu? Pendekatan ini melibatkan penggunaan statistika, model-model optimasi, model-model informasi, simulasi komputer dan berbagai teknik kumulatif lainnya dalam aktivitas-aktivitas manajemen. Pemrograman linear misalnya, adalah sebuah teknik yang digunakan para manajer untuk membantu mereka mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan alokasi sumber daya. Penjadwalan kerja dapat menjadi lebih efisien dengan penerapan analisis penjadwalan jalur-kritis (critical-path scheduling analysis). model kuantitas pemesanan ekonomis (economic order quantity atau EOQ) dapat membantu para manajer menentukan jumlah barang persediaan yang optimal. Masing-masing dari hal-hal yang disebutkan ini adalah contoh penggunaan teknik-teknik kuantitatif dalam membantu proses pengambilan keputusan.

Bidang lainnya yang juga mengambil manfaat dari penggunaan teknik-teknik kuantitatif adalah apa yang dikenal sebagai manajemen mutu/kualitas total (Total quality management, TQM).

Revolusi mutu telah melanda sektor bisnis dan publik pada periode 1980-an hingga 1990-an. Gerakan ini dimotori oleh beberapa pakar dari kalangan praktisi kendali mutu; dua nama paling terkemukaka di antara mereka adalah W. Edwards Deming dan Joseph M. Juran. Gagasan-gagasan dan teknik-teknik yang mereka usung pada era 1950-an tidak mendapat banyak dukungan di Amerika Serikat, tetapi diterima dengan sangat antusias oleh organisasi-organisasi Jepang. Namun, setelah banyak produsen Jepang mampu menghantam para produsen Amerika dalam hal perbandingan mutu, para manajer Barat mulai memandang lebih serius gagasan-gagasan Deming dan Juran. Gagasan-gagasan inilah yang kemudian menjadi basis bagi program-program pengelolaan mutu masa kini.



Manajemen mutu total adalah sebuah falsafah manajemen yang sepenuhnya berfokus pada upaya-upaya perbaikan secara terus-menerus dan kemampuan menjawab dengan cepat berbagai kebutuhan dan harapan pelanggan. Istilah pelanggan disini bisa berarti siapa saja yang berinteraksi dengan produk dan layanan organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Artinya pelanggan pelanggan meliputi para karyawan organisasi itu sendiri, para mitra pemasok organisasi dan orang-orang yang membeli produk dan layanan organisasi. Perbaikan berkesinambungan tidak mungkin diwujudkan tanpa adanya metode pengukuran yang akurat, yang mensyaratkan penggunaan teknik-teknik statistik untuk mengukur variabel-variabel kritis didalam berbagai proses kerja organisasi. Hasil-hasil pengukuran ini kemudian dibandingkan terhadap standar untuk mengidentifikasi dan mengoreksi masalah.

Berikut ini adalah karakteristik manajemen mutu :

1.    Fokus penuh pada pelanggan
Pelanggan meliputi orang-orang diluar organisasi yang membeli produk dan jasa organisasi serta orang-orang di dalam (anggota) organisasi yang menjadi pelanggan fungsi-fungsi organisasi.

2.    Keinginan untuk melaksanakan perbaikan berkesinambungan
Manajemen mutu adalah sebuah komitmen untuk tak pernah berpuas diri, “sangat baik” saja belum cukup. Mutu selalu dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.

3.    Berfokus pada proses
Manajemen mutu berfokus pada proses-proses kerja sebagai cara meningkatkan mutu barang dan jasa secara terus-menerus.

4.    Perbaikan mutu dalam segala hal yang dijalankan oleh organisasi
Ini berkaitan dengan mutu produk akhir, seberapa baik organisasi menangani pengantaran barang dan jasa, seberapa cepat organisasi menanggapi keluhan, seberapa sopan panggilan telepon dijawab, dan lain sebagainya.

5.    Pengukuran yang akurat
Manajemen mutu memanfaatkan teknik-teknik statistik untuk mengukur setiap variabel kritis yang ada didalam proses-proses kerja organisasi. Hasil-hasil pengukuran ini kemudian dibandingkan terhadap standar untuk mengidentifikasi masalah, melacaknya hingga keakar dan menghilangkan sebab-sebabnya.

6.    Pemberdayaan karyawan
Manajemen mutu melibatkan orang didalam berbagai proses perbaikan. Tim-tim karyawan sering kali dilibatkan didalam program-program pengelolaan mutu sebagai sarana pemberdayaan bagi mereka untuk mampu menemukan dan mengatasi berbagai masalah.

Pendekatan kuantitatif memberikan kontribusi langsung dalam proses pengambilan keputusan manajemen, khususnya dalam bidang perencanaan dan pengendalian. Sebagai contoh, ketika seorang manajer melakukan penyusunan anggaran, penjadwalan,pengendalian mutu, dan pengambilan-pengambilak keputusan lain semacamnya, ia biasanya mengandalkan bantuan teknik-teknik kuantitatif. Beragam perangkat lunak khusus telah menjadikan teknik-teknik ini tidak lagi tampak begitu menggentarkan bagi para manajer, meski banyak diantara mereka masih tetap merasa cemas menggunakannya.





TERIMA KASIH




1 komentar:

  1. TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY
    TINY TINY TINY TINY TINY titanium nose stud TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY thaitanium TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY ford fusion titanium for sale TINY TINY iron titanium token TINY TINY TINY TINY TINY  Rating: 5 · ‎1 titanium 170 welder review

    BalasHapus

PERKEMBANGAN FUNGSI MANAJER KEUANGAN

Pada awal tahun 1930-an, fungsi keuangan dipegang oleh manajer keuangan yang disebut controller atau treasurer. Manajer ini bertanggung...