Sebagaimana
telah kita bahas, berbagai unsur pendekatan- pendekatan manejemen masa lalu
masih tetap digunakan oleh para manajer masa kini atau setidaknya memengaruhi
mereka dalam menjalankan pekerjaan mereka. Sebagian besar pendekatan terdahulu
ini berfokus pada urusan-urusan manajer di dalam organisasi. Dimulai pada era
1960-an, para peneliti ilmu manajemen mulai mengalihkan perhatiannya ke hal-hal
yang terjadi di lingkungan diluar batas-batas organisasi. Dua pendekatan
manajemen kontemporer yaitu kesisteman dan kontinjensi yang merupakan bagian
dari arus perubahan tersebut.
Teori
sistem (system theory) adalah salah satu teori dasar di dalam ilmu fisika, yang
dimasa lampau belum pernah diterapkan di dalam organisas-organisasi manusia.
Pada tahun 1938, Chester Barnard seorang eksekutif disebuah perusahaan telepon, menuliskan
didalam bukunya yang berjudul The Functions of an Executive (fungsi-fungsi
seorang eksekutif), bahwa sebuah organisasi berfungsi sebagai sebuah sistem
kerja bersama (ko-operasi atau koperasi). Akan tetapi baru pada dekade 1960-an,
para pengkaji ilmu manajemen mulai berminat menelaah teori sistem dan bagaimana
hubungannya dengan organisasi.
Sebuah
sistem adalah sekumpulan bagian yang saling terkait dan saling bergantung
antara satu dan lainnya, yang ditata sedemikian rupa hingga membentuk sebuah
kesatuan yang utuh. Dua tipe dasar sistem adalah sistem tertutup dan sistem
terbuka. Sistem tertutup tidak dipengaruhi dan tidak pula berinteraksi dengan
lingkungan di sekitarnya. Sebaliknya, sistem terbuka dipengaruhi dan
berinteraksi dengan lingkungan tempatnya berada.
Di masa
kini, bila kita membicarakan organisasi sebagai sebuah sistem maka yaang
dimaksud adalah sistem terbuka. Berikut ini bagian-bagian organisasi sebagai
sebuah sistem, yaitu :
a.
Input
terdiri dari : Bahan baku, SDM, Modal, Teknologi, dan Informasi.
b.
Proses
Transformasi terdiri dari : Aktivitas kerja para karyawan, Aktivitas manajemen,
Teknologi dan Metode-metode operasi.
c.
Output
terdiri dari : Produk dan Jasa, Hasil keuangan, Informasi dan Hasil manusia.
Bagaimana
pendekatan sistem memberikan sumbangsih bagi pemahaman kita mengenai manajemen?
Para peneliti mengemukakan visi bahwa sebuah organisasi dibentuk oleh
“serangkaian kelompok yang saling bergantung satu sama lainnya yang meliputi
orang-orang, kelompok-kelompok orang, perilaku-perilaku, motif-motif, struktur
formal, beragam interaksi, berbagai sasaran, status dan kewenangan.” Hal yang
dimaksud disini adalah bahwa dalam menjalankan aktivitas-aktivitas koordinasi
di berbagai bagian organisasi, para manajer harus memastikan bahwa semua bagian
organisasi ini dapat bekerja secara selaras demi tercapainya sasaran-sasaran
organisasi.
Sebagai
contoh pendekatan sistem mengakui bahwa terlepas dari seefisien apa pun
departemen produksi bekerja, departemen pemasaran harus mengimbanginya dengan
kemampuan membaca dan mengantisipasi perubahan-perubahan selera konsumen dan
mampu bekerja sama dengan departemen produksi untuk menciptakan produk-produk
yang dikehendaki oleh konsumen, bila tidak maka kinerja organisasi secara
keseluruhan akan rusak.
Selain
itu pendekatan sistem mengisyaratkan bahwa keputusan dan tindakan disalah satu
bidang organisasi akan memengaruhi bidang-bidang lainnya. Sebagai contoh, jika
departemen pengadaan (pembelian) tidak membeli input dalam kuantitas dan
kualitas yang benar maka departemen produksi tidak akan dapat menjalankan
pekerjaannya dengan baik.
Terakhir,
pendekatan sistem mengakui bahwa organisasi tidak sepenuhnya mandiri dan tidak
dapat mencukupi dirinya sendiri. Organisasi bergantung pada lingkungannya untuk
memperoleh input yang dibutuhkannya dan untuk menyerap output yang
dihasilkannya. Tidak satupun organisasi dapat bertahan lama bila mereka
mengabaikan peraturan-peraturan pemerintah, hubungan dengan para pemasok atau
beragam konstituen eksternal lainnya yang menjadi tempat mereka bertumpu.
Seberapa
relevannya pendekatan sistem dengan manajemen? Jawabannya adalah sangat
relevan. Para pakar teori manajemen di masa-masa awal perkembangan bidang ini
dahulu mengemukakan prinsip-prinsip manajemen yang mereka anggap dapat
diterapkan secara universal. Penelitian-penelitian sesudahnya mengungkapkan
adanya banyak pengecualian diantara prinsip-prinsip tersebut. Sebagai contoh,
prinsip pembagian kerja memang berharga dan telah digunakan secara luas, namun
pekerjaan-pekerjaan dapat berubah menjadi terlalu sempit dan khusus. Birokrasi
memang dibutuhkan di dalam banyak situasi, tetapi dalam berbagai situasi
lainnya bentuk-bentuk struktur yang lebih luwes dapat berfungsi lebih efektif.
Manajemen tidak dapat didasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang kaku yang
berlaku sama didalam segala keadaan. Situasi-situasi yang berbeda dan cepat
berubah mengharuskan para manajer menggunakan beragam pendekatan dan teknik.
Salah
satunya adalah pendekatan kontinjensi yang menyatakan bahwa setiap organisasi
bersifat unik, menghadapi situas-situasi yang berlainan dan membutuhkan cara
pengelolaan yang berbeda-beda.
Berikut ini penjabaran empat variabel
kontinjensi yang paling banyak dikenal di manajemen yaitu :
1.
Ukuran
Organisasi
2.
Teknologi
untuk Pekerjaan-Pekerjaan Rutin
3.
Ketidakpastian
Lingkungan
4.
Perbedaan-perbedaan
individu
Perubahan
drastis dibidang teknologi informasi yang terjadi dibagian akhir dari abad
kedua puluh dan berlanjut sampai sekarang ini secara langsung memengaruhi
pekerjaan manajer. Sekarang, hampir semua orang dalam suatu organisasi itu
terkoneksi dengan kabel atau nirkabel keperangkat yang tidak lebih besar dari
telapak tangan. Sama seperti dampak dari revolusi industri pada tahun 1700-an
terhadap munculnya manajemen, era reformasi telah membawa perubahan dramatis
yang terus memengaruhi cara pengelolaan organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar