Pengkajian formal manajemen baru dimulai pada awal abad
kedua puluh yang dikenal sebagai pendekatan klasik, berfokus pada rasionalitas
dan berusaha menjadikan organisasi dan para pekerja berfungsi seefisien mungkin.
Dua teori utama pendekatan klasik adalah manajemen ilmiah (scientific
management) dan administrasi umum (general administration). Dua penyumbang
teori manajemen ilmiah terpenting adalah Frederick W. Taylor dan tim
suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Dua penyumbang teori administrasi umum
terpenting adalah Henry Fayol dan Max Weber. Mari kita lihat masing-masing
figur penting dalam manajemen ini.
Manajemen Ilmiah
Kapan teori manajemen modern lahir? Jawabannya adalah
tahun 1911. Pada tahun inilah karya Federick Winslow Taylor yang berjudul Principles
of Scientific Management (Prinsip-prinsip manajemen ilmiah) pertama kali
diterbitikan. Pemikiran-pemikiran yang dimuat dibuku ini diterima dan dipakai
oleh banyak sekali manajer diseluruh dunia. Buku ini menjabarkan teori
manajemen ilmiah : penggunaan metode-metode ilmiah guna mendefiniskan “satu
cara terbaik” dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Taylor bekerja di Midvale and Bethlehem Steel Company di
Pennsylvania, AS, sebagai seorang insinyur teknik mesin dengan latar belakang
Quaker dan Puritan. Ia tercengang menyaksikan betapa tidak efisiennya para
pekerja. Mereka berbeda-beda antara satu sama lainnya dalam mengerjakan sebuah
tugas yang sama. Mereka sering kali “bersantai dan menyepelekan” tugas yang
mereka lakukan, dan Taylor percaya bahwa output yang mereka hasilkan hanyalah
sepertiga dari apa yang sebenarnya mungkin diperoleh. Praktis tidak ada standar
kerja yang dapat dijadikan acuan sama sekali. Para pekerja diberikan tugas
tanpa memandang kesesuaiannya dengan kemampuan dan bakat mereka. Taylor
kemudian bergerak untuk memperbaiki situasi ini dengan menerapkan metode ilmiah
pada berbagai pekerjaan dilevel pabrik (shop-floor). Ia menghabiskan waktu
lebih dari dua dasawarsa dalam mencari “satu cara terbaik” (one best way) untuk
menjalankan tiap-tiap pekerjaan tersebut.
Pengalaman Taylor di Midvale mendorongnya untuk menyusun
aturan-aturan kerja baku guna memperbaiki efisiensi produksi. Ia berkeyakinan
bahwa empat prinsip manajemen yang digagasnya dapat membawa kesejahteraan baik
bagi para pekerja maupun bagi para manajer.
Berikut ini prinsip-prinsip manajemen ilmiah Taylor :
1. Mengembangkan
sebuah pendekatan ilmiah untuk tiap-tiap unsur dalam sebuah pekerjaan untuk
menggantika metode lama yang didasarkan pada kebiasaan.
2. Secara
ilmiah memilih pekerja yang paling tepat dan kemudian melatih, mendidik dan
membina pekerja tersebut.
3. Bekerja
sama secara sungguh-sungguh dengan para pekerja demi memastikan bahwa mereka
menjalankan semua tugas sesuai dengan aturan-aturan kerja yang telah
dikembangkan secara ilmiah.
4. Membagi
beban kerja dan tanggung jawab secara hampir merata diantara manajemen dan para
pekerja. Para manajer harus megerjakan tugas-tugas yang memang lebih cocok
untuk dikerjakan oleh pihak manajemen perusahaan.
Frank Gilberth, seorang kontraktor kontruksi kawakan,
memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya guna mendalami manajemen ilmiah
setelah mendengar pidato Taylor dalam sebuah pertemuan profesional. Frank dan
istrinya, Lillian yang seorag psikolog, menelaah berbagai cara kerja untuk
menghilangkan inefisiensi pada pergerakan tangan dan tubuh manusia. Pasangan
Gilberth juga bereksperimen dengan desain dan pemakaian alat dan perangkat yang
tepat untuk mengoptimalkan kinerja pelaksanaan pekerjaan. Selain itu sebagai
orang tua dengan 12 anak, pasangan Gilberth menjalankan rumah tangga mereka
dengan menggunakan prinsip dan teknik manajemen ilmiah. Bahkan, dua anak mereka
menulis buku, Cheaper by the Dozen, yang memaparkan kisah kedua mahaguru
efisiensi ini.
Suami-istri ini menciptakan
perangkat yang disebut microchronometer, yang dapat merekam
gerakan-gerakan seorang pekerja dan mencatat waktu yang dihabiskan untuk setiap
gerakannya. Berbagai gerakan sia-sia yang biasanya lolos dari pengamatan mata
telanjang dapat diidentifikasi dan dihilangkan.
Teori Administrasi Umum
Teori administrasi umum lebih
menitikberatkan apa yang dikerjakan seorang manajer dan praktik-praktik
manajemen yang baik. Fayol mencetuskan gagasan-gagasannya dalam periode waktu yang
sama dengan Taylor. Bila Taylor lebih berfokus pada manajer lini pertama dan
metode-metode ilmiah, perhatian Fayol terarah pada aktivitas semua manajer. Ia
menuliskan ide-idenya berdasarkan pengalaman pribadinya sebagai direktur
eksekutif sebuah perusahaan penambangan batu bara Prancis.
Fayol menguraikan bahwa praktik
manajemen merupakan hal yang berbeda dengan akuntansi, keuangan, produksi,
distribusi, dan fungsi-fungsi bisnis umum lainnya. Ia percaya bahwa manajemen
merupakan aktivitas yang secara garis besar sama didalam semua organisasi, baik
bisnis, pemerintahan dan bahkan rumah tangga.
Hal ini mendorongnya
mengembangkan 14 prinsip manajemen yaitu :
1.
Pembagian kerja yaitu spesialisasi bidang kerja akan
meningkatkan output karena memampukan para karyawan bekerja lebih efisien.
2.
Kewenangan yaitu para manajer harus mampu memberikan
perintah dan kewenangan merupakan dasar yang memampukan mereka melakukannya.
3.
Disiplin yaitu para karyawan harus mematuhi dan
menghormati aturan-aturan yang berlaku di dalam organisasi.
4.
Kesatuan perintah yaitu setiap pekerja harus menerima
perintah dari hanya satu orang atasan saja.
5.
Kesatuan arahan yaitu organisasi harus memiliki sebuah
rencana kerja yang berlaku seragam dan yang dapat dijadikan panduan bagi para
manajer dan semua pekerja.
6.
Penundukan kepentingan pribadi di bawah kepentingan umum
yaitu kepentingan yaitu kepentingan seorang karyawan tidak boleh mendahului
atau diletakkan diatas kepentingan organisasi secara keseluruhan.
7.
Remunerasi (imbalan jasa) yaitu para pekerja harus
memperoleh upah yang adil untuk jasa (kerja) yang telah mereka berikan.
8.
Pemusatan (sentralisasi) yaitu istilah ini merujuk pada
seberapa jauh para bawahan dapat terlibat di dalam pengambilan keputusan.
9.
Rantai skalar yaitu garis kewenangan dari manajemen
puncak hingga para pekerja dijenjang terbawah organisasi merupakan sebuah
rantai skalar (rantai komando)
10.
Keteraturan yaitu orang-orang dan barang-barang harus
berada ditempat yang tepat pada waktu yang tepat pula.
11.
Keselayakan (ekuitas) yaitu para manajer harus bersikap
secara pantas dan adil kepada para bawahannya.
12.
Kestabilan posisi dan jabatan karyawan yaitu manajemen
harus merancang penempatan karyawan yang tertibb dan teratur, serta memastikan
tersedianya para pengganti yang layak bila timbul kekosongan posisi/jabatan.
13.
Inisiatif yaitu para karyawan yang diizinkan untuk
membuat dan melaksanakan rencana-rencana kerja harus mencurahkan segala daya
upayanya untuk memastikan keberhasilan rencana-rencana tersebut.
14.
Esprit de corps (semangat korps atau semangat
kekeluargaan) yaitu menumbuhkembangkan semangat kebersamaan akan membangun
keselarasan dan persatuan dalam organisasi.
Max
Weber (diucapkan “Vey-ber” adalah seorang sosiolog berkebangsaan Jerman yang
mendalami bidang organisasi. Ia menulis gagasan-gagasannya pada awal periode
1900-an dan mengembangkan sebuah teori mengenai struktur otoritas dan
hubungan-hubungan berdasarkan sebuah model organisasi ideal, yang dinamakannya
birokrasi yaitu suatu bentuk organisasi yang dicirikan oleh adanya pembagian
kerja (division of labor) yang jelas, hierarki kepemimpinan yang tegas,
arahan-arahan dan aturan-aturan yang lugas, serta hubungan antarindividu yang
tidak bersifat pribadi (alias profesional). Weber mengakui bahwa “birokrasi
ideal” ini tidak ada didalam dunia nyata. Namun, ia memaksudkannya hanya
sebagai sebuah landasan berpijak (model) baginya untuk berteori mengenai
bagaimana berbagai pekerjaan dilakukan di dalam kumpulan kumpulan besar
manusia. Teorinya menjadi rancangan struktural bagi banyak organisasi besar
ini.
Birokrasi, sesuai penjabaran
Weber, sangat mirip dengan manajemen ilmiah dalam ideologinya. Kedua model ini
menekankan rasionalitas, prediktabilitas (keterukuran dan kepastian hingga
taraf tertentu), impersonalitas (hubungan berdasarkan azas profesionalisme
alih-alih kedekatan pribadi), kecakapan teknis, dan otoriterianisme (kewenangan
mutlak). Meskipun ide-ide Weber kurang begitu praktis dibandingkan dengan apa
yang digagas oleh Taylor, kenyataan bahwa “bentuk ideal” yang dirumuskan Weber masih
dijadikan acuan oleh banyak organisasi masa kini menjadi bukti betapa
pentingnya ide-ide tersebut di dalam ranah manajemen.
TERIMA KASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar