Minggu, 06 Oktober 2019

Pendekatan Klasik Manajemen (1911-1947)


Pengkajian formal manajemen baru dimulai pada awal abad kedua puluh yang dikenal sebagai pendekatan klasik, berfokus pada rasionalitas dan berusaha menjadikan organisasi dan para pekerja berfungsi seefisien mungkin. Dua teori utama pendekatan klasik adalah manajemen ilmiah (scientific management) dan administrasi umum (general administration). Dua penyumbang teori manajemen ilmiah terpenting adalah Frederick W. Taylor dan tim suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Dua penyumbang teori administrasi umum terpenting adalah Henry Fayol dan Max Weber. Mari kita lihat masing-masing figur penting dalam manajemen ini.

Manajemen Ilmiah
Kapan teori manajemen modern lahir? Jawabannya adalah tahun 1911. Pada tahun inilah karya Federick Winslow Taylor yang berjudul Principles of Scientific Management (Prinsip-prinsip manajemen ilmiah) pertama kali diterbitikan. Pemikiran-pemikiran yang dimuat dibuku ini diterima dan dipakai oleh banyak sekali manajer diseluruh dunia. Buku ini menjabarkan teori manajemen ilmiah : penggunaan metode-metode ilmiah guna mendefiniskan “satu cara terbaik” dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.


Taylor bekerja di Midvale and Bethlehem Steel Company di Pennsylvania, AS, sebagai seorang insinyur teknik mesin dengan latar belakang Quaker dan Puritan. Ia tercengang menyaksikan betapa tidak efisiennya para pekerja. Mereka berbeda-beda antara satu sama lainnya dalam mengerjakan sebuah tugas yang sama. Mereka sering kali “bersantai dan menyepelekan” tugas yang mereka lakukan, dan Taylor percaya bahwa output yang mereka hasilkan hanyalah sepertiga dari apa yang sebenarnya mungkin diperoleh. Praktis tidak ada standar kerja yang dapat dijadikan acuan sama sekali. Para pekerja diberikan tugas tanpa memandang kesesuaiannya dengan kemampuan dan bakat mereka. Taylor kemudian bergerak untuk memperbaiki situasi ini dengan menerapkan metode ilmiah pada berbagai pekerjaan dilevel pabrik (shop-floor). Ia menghabiskan waktu lebih dari dua dasawarsa dalam mencari “satu cara terbaik” (one best way) untuk menjalankan tiap-tiap pekerjaan tersebut.
Pengalaman Taylor di Midvale mendorongnya untuk menyusun aturan-aturan kerja baku guna memperbaiki efisiensi produksi. Ia berkeyakinan bahwa empat prinsip manajemen yang digagasnya dapat membawa kesejahteraan baik bagi para pekerja maupun bagi para manajer.


Berikut ini prinsip-prinsip manajemen ilmiah Taylor :

1.  Mengembangkan sebuah pendekatan ilmiah untuk tiap-tiap unsur dalam sebuah pekerjaan untuk menggantika metode lama yang didasarkan pada kebiasaan.
2.   Secara ilmiah memilih pekerja yang paling tepat dan kemudian melatih, mendidik dan membina pekerja tersebut.
3.   Bekerja sama secara sungguh-sungguh dengan para pekerja demi memastikan bahwa mereka menjalankan semua tugas sesuai dengan aturan-aturan kerja yang telah dikembangkan secara ilmiah.
4.      Membagi beban kerja dan tanggung jawab secara hampir merata diantara manajemen dan para pekerja. Para manajer harus megerjakan tugas-tugas yang memang lebih cocok untuk dikerjakan oleh pihak manajemen perusahaan.

Frank Gilberth, seorang kontraktor kontruksi kawakan, memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya guna mendalami manajemen ilmiah setelah mendengar pidato Taylor dalam sebuah pertemuan profesional. Frank dan istrinya, Lillian yang seorag psikolog, menelaah berbagai cara kerja untuk menghilangkan inefisiensi pada pergerakan tangan dan tubuh manusia. Pasangan Gilberth juga bereksperimen dengan desain dan pemakaian alat dan perangkat yang tepat untuk mengoptimalkan kinerja pelaksanaan pekerjaan. Selain itu sebagai orang tua dengan 12 anak, pasangan Gilberth menjalankan rumah tangga mereka dengan menggunakan prinsip dan teknik manajemen ilmiah. Bahkan, dua anak mereka menulis buku, Cheaper by the Dozen, yang memaparkan kisah kedua mahaguru efisiensi ini.


Suami-istri ini menciptakan perangkat yang disebut microchronometer, yang dapat merekam gerakan-gerakan seorang pekerja dan mencatat waktu yang dihabiskan untuk setiap gerakannya. Berbagai gerakan sia-sia yang biasanya lolos dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dan dihilangkan.


Teori Administrasi Umum
Teori administrasi umum lebih menitikberatkan apa yang dikerjakan seorang manajer dan praktik-praktik manajemen yang baik. Fayol mencetuskan gagasan-gagasannya dalam periode waktu yang sama dengan Taylor. Bila Taylor lebih berfokus pada manajer lini pertama dan metode-metode ilmiah, perhatian Fayol terarah pada aktivitas semua manajer. Ia menuliskan ide-idenya berdasarkan pengalaman pribadinya sebagai direktur eksekutif sebuah perusahaan penambangan batu bara Prancis.
Fayol menguraikan bahwa praktik manajemen merupakan hal yang berbeda dengan akuntansi, keuangan, produksi, distribusi, dan fungsi-fungsi bisnis umum lainnya. Ia percaya bahwa manajemen merupakan aktivitas yang secara garis besar sama didalam semua organisasi, baik bisnis, pemerintahan dan bahkan rumah tangga.


Hal ini mendorongnya mengembangkan 14 prinsip manajemen yaitu :
1.       Pembagian kerja yaitu spesialisasi bidang kerja akan meningkatkan output karena memampukan para karyawan bekerja lebih efisien.
2.       Kewenangan yaitu para manajer harus mampu memberikan perintah dan kewenangan merupakan dasar yang memampukan mereka melakukannya.
3.       Disiplin yaitu para karyawan harus mematuhi dan menghormati aturan-aturan yang berlaku di dalam organisasi.
4.       Kesatuan perintah yaitu setiap pekerja harus menerima perintah dari hanya satu orang atasan saja.
5.       Kesatuan arahan yaitu organisasi harus memiliki sebuah rencana kerja yang berlaku seragam dan yang dapat dijadikan panduan bagi para manajer dan semua pekerja.
6.       Penundukan kepentingan pribadi di bawah kepentingan umum yaitu kepentingan yaitu kepentingan seorang karyawan tidak boleh mendahului atau diletakkan diatas kepentingan organisasi secara keseluruhan.
7.       Remunerasi (imbalan jasa) yaitu para pekerja harus memperoleh upah yang adil untuk jasa (kerja) yang telah mereka berikan.
8.       Pemusatan (sentralisasi) yaitu istilah ini merujuk pada seberapa jauh para bawahan dapat terlibat di dalam pengambilan keputusan.
9.       Rantai skalar yaitu garis kewenangan dari manajemen puncak hingga para pekerja dijenjang terbawah organisasi merupakan sebuah rantai skalar (rantai komando)
10.  Keteraturan yaitu orang-orang dan barang-barang harus berada ditempat yang tepat pada waktu yang tepat pula.
11.  Keselayakan (ekuitas) yaitu para manajer harus bersikap secara pantas dan adil kepada para bawahannya.
12.  Kestabilan posisi dan jabatan karyawan yaitu manajemen harus merancang penempatan karyawan yang tertibb dan teratur, serta memastikan tersedianya para pengganti yang layak bila timbul kekosongan posisi/jabatan.
13.  Inisiatif yaitu para karyawan yang diizinkan untuk membuat dan melaksanakan rencana-rencana kerja harus mencurahkan segala daya upayanya untuk memastikan keberhasilan rencana-rencana tersebut.
14.  Esprit de corps (semangat korps atau semangat kekeluargaan) yaitu menumbuhkembangkan semangat kebersamaan akan membangun keselarasan dan persatuan dalam organisasi.

       Max Weber (diucapkan “Vey-ber” adalah seorang sosiolog berkebangsaan Jerman yang mendalami bidang organisasi. Ia menulis gagasan-gagasannya pada awal periode 1900-an dan mengembangkan sebuah teori mengenai struktur otoritas dan hubungan-hubungan berdasarkan sebuah model organisasi ideal, yang dinamakannya birokrasi yaitu suatu bentuk organisasi yang dicirikan oleh adanya pembagian kerja (division of labor) yang jelas, hierarki kepemimpinan yang tegas, arahan-arahan dan aturan-aturan yang lugas, serta hubungan antarindividu yang tidak bersifat pribadi (alias profesional). Weber mengakui bahwa “birokrasi ideal” ini tidak ada didalam dunia nyata. Namun, ia memaksudkannya hanya sebagai sebuah landasan berpijak (model) baginya untuk berteori mengenai bagaimana berbagai pekerjaan dilakukan di dalam kumpulan kumpulan besar manusia. Teorinya menjadi rancangan struktural bagi banyak organisasi besar ini.


Birokrasi, sesuai penjabaran Weber, sangat mirip dengan manajemen ilmiah dalam ideologinya. Kedua model ini menekankan rasionalitas, prediktabilitas (keterukuran dan kepastian hingga taraf tertentu), impersonalitas (hubungan berdasarkan azas profesionalisme alih-alih kedekatan pribadi), kecakapan teknis, dan otoriterianisme (kewenangan mutlak). Meskipun ide-ide Weber kurang begitu praktis dibandingkan dengan apa yang digagas oleh Taylor, kenyataan bahwa “bentuk ideal” yang dirumuskan Weber masih dijadikan acuan oleh banyak organisasi masa kini menjadi bukti betapa pentingnya ide-ide tersebut di dalam ranah manajemen.





TERIMA KASIH




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERKEMBANGAN FUNGSI MANAJER KEUANGAN

Pada awal tahun 1930-an, fungsi keuangan dipegang oleh manajer keuangan yang disebut controller atau treasurer. Manajer ini bertanggung...